Cerita tentang aku

Senin, 20 November 2017

  • Globalisasi Menuntut Perkembangan Teknologi Pangan di Indonesia

    Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan, yang
    bertujuan agar tercipta suatu teknologi yang lebih mutakhir dan mampu membawa perubahan besar dalam membantu meringankan setiap tugas manusia. Perubahan tersebut juga diperlukan untuk mempercepat pembangunan baik pembangunan individu maupun kelompok.

    Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan kemudahan dalam segala bidang,
    seperti pada industri pangan. "Perkembangan industri pangan merupakan tuntutan globalisasi, karena untuk tetap eksis setiap tahun industri pangan bersaing satu sama lain dalam menciptakan suatu perubahan besar," pungkas Pemimpin Umum PT Media Pangan Indonesia, Ir. Suseno Hadi Purnomo, MBA dalam Kuliah Dosen Tamu Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman yang membahas tentang Peluang dan Tantangan Sarjana Teknologi Pangan dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Lokal di Pasar Internasional di Purwokerto pada 13 September 2017 lalu.

    Ia juga menambahkan bahwa jika dilihat dari demografi penduduk Indonesia yang mayoritas berusia
    produktif, yaitu terdapat sebanyak 42,3 persen penduduk dengan usia 25-54 tahun menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar yang baik bagi industri pangan dan juga merupakan aset bagi industri pangan untuk memajukan teknologi dan menciptakan suatu perubahan pada industri tersebut.

    Penduduk dengan usia produktif memiliki daya beli yang tinggi dan lebih memilih produk pangan
    dengan kualitas baik, bergizi, dan aman. Selain itu, pasangan usia muda yang sama-sama bekerja menyebabkan seorang istri tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasak, sehingga memasak masakan yang sudah diolah atau makan di luar rumah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini. Hal tersebut merupakan peluang sekaligus menjadi tantangan khusus bagi para pelaku industri pangan untuk menyediakan produk pangan sesuai dengan permintaan pasar.

    Perkembangan teknologi kini telah mengubah pola bisnis dan cara menjalankannya, seperti tren
    penggunaan teknologi digitalisasi yang dapat mempermudah berbagai aspek kehidupan. “Dengan adanya perkembangan teknologi digitalisasi menyebabkan berbagai fasilitas layanan muncul untuk mempermudah dan memuaskan konsumen, contohnya saja dengan adanya aplikasi online konsumen yang ingin membeli produk pangan semakin dimanjakan dengan hanya memesannya dari aplikasi yang tersedia,” tambahnya.


    Artikel ini telah dimuat di Majalah Foodreview Indonesia
  • Rabu, 01 Juni 2016

  • Hatipun Mengerti




    Pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh.

    Mengaduh pun kau tak boleh
    wanita kuat mana yang pernah mengaduh dan bersedih hanya karna seorang lelaki
    Aku kira aku lebih beruntung dari wanita lain karna aku bersama kamu. Tapi ternyata sama saja, aku tidak lebih beruntung dari mereka.
    Aku kira jalan ku sudah benar dengan tidak memutuskan untuk berhubungan dengan lawan jenis. Tapi saat berpisah sama saja sakitnya dengan putus karna punya status.
    Aku kira kamu akan berjuang lama. Tapi ternyata sama saja, perjuanganmu hanya sebentar.

    Sudah benar adanya dari awal yang pernah aku ucapkan, manusia pasti berubah seiring dengan berjalannya waktu. Tapi aku nggak suka. Dari awal aku sudah bilang kalau aku tidak suka perhatian yang diberikan kepada ku di awal itu berubah apalagi berkurang. Tau gitu mending gausah ngasih perhatian saja dari awal dech.

    Lusa Gadis termenung, karna sempat beradu argumen dengan seorang teman dekat lawan jenisnya bernama Toni.
    Sekarang mereka telah memutuskan untuk tidak perlu ada chating lebih ataupun pertemuan yang berlebihan.

    Gadis baru saja merasakan bahwa menjalin hubungan dengan lawan jenis tidaklah mudah seperti apa yang biasa ditayangkan di drama korea. Benci jadi cinta saja sepertinya tidak tersampaikan, apalagi berjalan tanpa status hingga hubungan resmi dipamerkan di atas sumpah janji suci yang biasa disebut dengan Ijab Kabul yang ada di Akad Nikah?
    Pikir lagi pikir terus sampai kurus. Tak tahu sampai seberapa terkurasnya hati dan pikiran ini. Iya, air mata tak boleh ikut andil dalam peristiwa ini. Terlalu mahal untuknya pabila ia diikut sertakan.

    "Sendiri lagi (?)," umpatnya.
    "Tak apalah toh sudah biasa kan, lagi pula mana kamu pernah bertemu dengan pria sungguhan? Kamu belum pernah menjadi prioritas sepertinya. Jadi, bersabarlah. Dia bukan jodohmu," hatinya menyahut.
    "Ibu, ibu, ibu? Mana ibu? Ibu dimana?," jerit Gadis dalam hati.
    "Tak kuat aku sendiri Bu, aku ingin ada yang menemani, menenangkan, atau sekadar mendengarkan ceritaku yang sudah banyak menumpuk ini. Aku butuh teman Bu. Tidakkah kau melihat aku disini sendiri?," tambahnya dalam hati ingin dimengerti.

    "Ayah, ayah, ayah? Ayah dimana? Aku rindu ada dipelukmu yah," ungkapnya dalam hati.
    "Benar yah, hanya kamu yang selalu membuatku nyaman dan tak pernah merasakan rasa sakit yang berlebihan seperti ini. Ayah selalu mengerti sang putri. Memperlakukan sang putri bak Putri dari seorang Permaisuri dicintainya," rintihnya dalam hati.

    Suasana hati yang sedang tak bisa dimenngerti Gadis saat ini membuatnya ingin menunjukan bahwa dia punya air mata yang selalu setia. Tapi tidak, dia tak ingin menunjukkannya saat ini. Terlalu mahal harganya.
    Semakin tidak mengerti. Gadis harus seperti apa? Harus berbuat apa? Gadis sudah lelah.

    "Berhentilah Nak, berhenti merintih. Sudah lelah aku mendengarnya. Kasihan kamu. Kasihan sedihmu. Sudah terlarut lama aku mendengarnya," sang hati ikut mengasihi.
    "Lapangkan hati mu agar kamu bisa meraskan kebahagiaan yang ditebarkan oleh orang lain disekitarmu. Janganlah selalu menutup diri dan hati. Ayo lekas bernyanyi kembai," hibur sang hati kembali.

    Gadis hanya bisa tertawa kecil. Dan masih belum mengerti apa yang dirasakannya saat ini hingga hati ini berkata seperti itu.
    Tetapi Gadis berterimakasih terhadap hati yang sudah mengambil andil dalam memperbaiki kesedihan hatinya. (D A K)



  • Jumat, 13 November 2015

  • Aku dan Kamu



    Buat kamu yang mencoba mengerti arti dari keegoisan aku dan untuk kamu yang selalu bersabar memahami aku..


    Aku ingin seperti langit yang tanpa berbicara apapun semua orang tau dan mengerti apa perasaan aku saat ini.
    Aku ingin seperti mega, terlihat megah dan indah tanpa banyak orang menyadari dibalik kemegahan dan keindahan itu terdapat kegelapan dibelakangnya.


    Ketika seseorang merindukan kesendirian dan yang lain menginginkan kebersamaan, maka ego siapa yang seharusnya didahulukan?
    HAH enyahlach perih
    Seperti mega yang gagah nan indah. Semua orang hanya menginginkan menatap keindahannya saja. Namun, pernah terfikirkankah oleh mereka bahwa keindahan itu akan mendatangkan suatu kegelapan. Cahaya gagah itu tak pernah kekal untuk selalu berdiri indah.
    AGH sialnya terkadang aku ingin seperti dia. Terllihat indah dan gagah. APA? HAHA iya aku tau, tapi apa tidak boleh aku mempunyai keinginan?
    Hari itu.. Senja itu.. Indah itu.. tak lagi sama. Dan takkan pernah sama lagi.
    Aku yang menginginkan kesendirian selalu memiliki ego yang lebih besar ketibang dia yang mengininkan kebersamaan. Entahlach.. entah aku yang terlalu egois atau dia yang tak ingin terlihat rapuh? Menerima begitu saja keegoisan sang putri dalam mimpi yang hanya ingin terkabulkan apa yang diinginkannya, lalu menangis. Meratapi dan menyadari betapa bodohnya keinginannya tersebut. Namun, apadaya keinginan dan penyesalannya memiliki besar yang sama yang dia sendiri bingung, hal apa yang seharusnya dia lakukan.
    Ingin bercerita kepada hujan, tapi ia tak datang. Ingin mendekat kepada bintang, tapi ia tak tampak. Ingin bersandar kepada matahari, tapi gelap menghalangi. Aku sendiri. Tertawa kemudian menangis.
    Bersabarlah wahai engkau pangeran dalam mimpi yang selalu mencoba mengerti arti dari permainan ini.
    Tapi maaf, bukan aku mencoba untuk mempermainkan kamu atau menyakiti kamu. Aku pun disini terluka terhadap sikapku. Aku hanya ingin kita bahagia. Tak ada yang terluka. Tak ada penyesalan. Tak ada air mata yang jatuh membasahi bumi. Entah bagaimana carnya. Bersamakah atau jalan sendiri-sendiri saja. Itu masih menjadi sebuah misteri besar dalam hidup ini. Lihat saja nanti hadiah yang diberikan oleh Tuhan sang maha mengerti dan memahami kepada hambanya yang mencoba tuk bersabar menanti jawaban dari kuasa-Nya, pasti lebih indah dari apa yang kita harapkan,

    Semangat terus yaa buat tahapan akhir ini. Aku ada kog, kamu juga ada kog. Nanti aku doain kamu yaa, tapi kamu juga doain aku, biar kita sama-sama lancar dan dimudahkan jalanya..aamiin

    Kamu harus tau yaa, bukan aku mau mempermainkan kamu atau menyakiti kamu. Aku cuma nggak mau ada yang merasa dipermainkan atau disakiti satu sama lain, soalnya aku terlalu banyak berspekulasi terhadap apa yang aku lihat tanpa bisa menanyakan kebenarannya. Maaf. Tak ada kata selain maaf dan tak ada sikap selain diam yang aku pilih untuk menemai aku yang mencintai kesendirian.


  • Rabu, 05 Juni 2013

  • Belum Ada Judul


    Dengan gaji yang tidak seberapa, lelaki berusia 45 tahun ini bekerja keras demi menghidupi istri dan kedua anaknya. Sebagai tulang punggung keluarga, lelaki ini hanya  mengandalkan uang hasil pekerjaannya sebagai satu-satunya  sumber kehidupan. Lalu apa jadinya jika gaji yang dinantikan tak kunjung turun ? Adakah kaitannya dengan mata rantai UKT yang tak kunjung putus?
    Menurut beberapa karyawan yang tidak ingin disebutkan namanya, dari Januari hingga April beberapa karyawan honorer Unsoed belum diberi gaji. “Gaji utamanya telat dan  gaji tunjangan dari Januari sampe sekarang belum dibayar sama sekali”, ungkap salah satu penjaga malam Unsoed (40). Salah satu karyawan  yang lain menambahkan, “Malah kadang nombok buat keperluan karyawan.”  (25/05)
    Sementara itu, salah satu penjaga malam tak mengeluhkan jumlah gaji yang diterima. “Namanya karyawan digaji segitu yaa terima-terima saja masa mau protes,” aku lelaki berumur 42 tahun itu. Lain halnya dengan salah satu penjaga malam lain yang mengeluhkan gaji yang diterima tidak mencukupi karena di bawah UMR Purwokerto. “Kalo UMR Purwokerto 800 lebih per bulan, kalo ini mentok-mentoknya 750 per bulan,” keluh salah satu karyawan Unsoed (25/05)
    Selama terjadinya keterlambatan gaji, tidak ada konfirmasi dari pihak Universitas. “Saya kurang tahu kenapa gajinya telat, soalnya nggak ada komunikasi dari pusat” , tutur salah satu karyawan Unsoed (42).  Hal ini membuat beberapa karyawan kebingungan. “Sebenarnya ada apa loh? Ada apa kok sampai telat, nggak ada penjelasannya,” tanya karyawan lain (40). (25/05)
    Sempat beberapa karyawan menanyakan kepastian tentang gaji tersebut. “Saya sempat tanya dekan, tapi katanya yang ngurusin universitas,” ujar salah satu karyawan (40). Hal ini dipertegas oleh Tunggul Priatmojo, S.E. selaku bendahara pengeluaran Unsoed. “Karyawan Unsoed yang honorer dibayar oleh PNBP (Pengeluaran Negara Bukan Pajak) melalui Universitas” (28/05)
    Namun, ada sebagian karyawan yang tidak menanyakan kepastiannya dengan beberapa alasan “Temen saya pernah ada yang tanya ke pusat, tapi malah dibilangin mau dikasih SK? (red: pemecatan),”pungkas salah satu karyawan (40). Senada dengan yang dikatakan oleh karyawan lainnya (42) “Namanya tenaga honorer kan rawan, rawan di skors rawan di pecat, jadi kalo mau protes repot ”pungkasnya(25/05)
    Desas-desus UKT dilansir menjadi penyebab keterlambatan gaji karyawan honorer. Pasalnya, keterlambatan gaji baru terjadi akhir-akhir ini. “Saya sudah bekerja selama 8 tahun, selama ini belum pernah telat, baru kemarin saja,” tutur salah satu penjaga malam (42). (25/05)
    Menanggapi hal tersebut, Tunggul menyatakan keterlambatan gaji hanya disebabkan karena pemblokiran dana Kemendikbud oleh Kemenkeu. “Gak ada hubungannya sama UKT, itu mah kebetulan aja ada kasus-kasus UKT”, pungkasnya (28/05). Senada dengan Tunggul, Hery Adwi Djatmiko, PD II menyatakan, “UKT memang belum diplotkan. Tapi gaji karyawan tidak ada kaitannya dengan UKT” tegasnya. (28/05)
    Terlepas dari ada tidaknya keterkaitan antara UKT, adanya keterlambatan dan jumlah gaji yang minim tidak mendorong karyawan mengundurkan diri dari pekerjaannya. “Kerjaan ini yang saya andalkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, kalau saya keluar, nanti anak istri saya mau makan apa?” punkas salah seorang penjaga malam (40). Senada dengan yang dirasakan penjaga malam yang lain (45) “Nggak nyari kerjaan lain soalnya umur udah nggak produktif”. (25/05)
    Begitulah nasib yang dirasakan beberapa keryawan honorer yang bekerja di universias jenderal soedirman. “Ingin teriak tapi gak bisa”, begitu ungkap salah satu karyawan honorer Unsoed (42) yang kini statusnya belum digaji. (Aaf/Dwi/Syarif)

  • Copyright @ 2013 Minnie Blog.